Sunday, November 17, 2013

Pengkhianatan Terperih


Cinta itu pilihan …
Yaa mungkin itu yang dirasakan Dinar, dia hidup di dalam keluarga yang sederhana. Namun, sedikitpun ia tak pernah meratapi kesederhanaannya itu. Kalaupun ada, ia selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa diluar sana bahkan ada yang jauh dari kata sederhana dari dia.
Senja  berganti menjadi malam, sang surya pun perlahan mulai meninggalkan langit dan berganti dengan sinar bulan yang begitu indah. Dikelilingi oleh jutaan bintang yang siap memancarkan sinar indahnya untuk dunia. Dunia yang satu orang pun tak takkan tahu kapan akan musnah.
Dinar tetap menatap langit kosong, berharap akan ada bintang yang jatuh untuk menemaninya berbagi gelisah dalam hati. Dilema.. ya mungkin kiasan itu yang lebih tepat mengisyaratkan isi hatinya. Namun, disaat ia telah terlena oleh indahnya jutaan bintang. Saat ia sedang mengagumi bulan yang begitu beruntung karna selalu dikelilingi sinar bintang, ponsel kecil bergambar babi bluenya pun berdering. Dengan sedikit ragu ia menekan tombol hijau untuk menjawabnya.
“ Hallo.. .” Sapa Dinar pada orang disebrang sana, namun tak ada jawaban. Heniing…
“ Hallo.. niat telepon ga sihh, apa Cuma mau miscall ??” Gertak Dinar kesal karna merasa diacuhkan.
“ Kamu masih marah Di .. ??” jawab orang disebrang sana, akhirnya ia pun berani membuka mulutnya
“ Mau ngomong apa ?? to the point aja, aku males basa-basi .”
“ Sampe kapan sih kamu mau marah sama aku, aku bener-bener minta maaf Di ..” Tanyanya dengan suara yang sedikit bergeming, mungkin dia menangis atau mungin dia lagi flu. I don’t care.
“ Yaudahlah Dim.. aku udah bebasin kamu, aku ga akan ngatur - ngatur kamu lagi. Terserah kamu mau ngapain, mau kamu pacaran ama cewek lain, atau sama sahabat deket aku pun itu terserah sama kamu. TERSERAH KAMU…” Dinar pun menegaskan kata katanya, namun tanpa ia sadari hal itu malah menyakiti dirinya sendiri. Air mata pun jatuh dari pelupuk mata bulatnya. Seakan ia benar-benar tak mampu membuka ruang untuk Dimas, walau hanya sedikit sekalipun.
Dimas…yaa lelaki berkulit sawo matang berhidung mancung inilah yang membuat wanita ceria seperti Dinar patah hati. Seminggu yang lalu, Dinar tanpa sengaja membaca inbox di akun jejaring sosial Dimas, yang berisikan bahwa selama ini ia telah backstreet dari Dinar dengan menjalin hubungan bersama Dilla yang tak lain sahabat dekatnya. Di inbox itu menegaskan bahwa mereka mengatur semuanya serapi mungkin agar Dinar tak mengetahui hubungan mereka. Namun sayang, Tuhan terlalu baik dan sayang kepada Dinar, hingga tanpa sadar Dinar yang saat itu hanya ingin memperbaiki akun Dimas yang rusak, tertarik untuk membaca inbox kekasihnya itu. Entahh apa yang saat itu yang dia rasakan, seakan ada suatu dorongan kuat untuk membuka inbox yang nota bene sangat privasi bagi seseorang. Satu, dua, tiga menit Dinar membacanya tidak ada hal yang sangat berarti, bahkan dia sempat tertawa kecil sendiri membacanya. Namun makin jauh ia membaca, ia menemukan hal yang ganjil dari message Dilla pada kekasihnya itu, ia buka satu persatu message, ia terus menekan see older message hingga akhirnya sampai pada awal pembicaraan mereka. Awalnya Dinar benar-benar tak percaya dengan apa yang dikatakan Dilla. Disitu tertulis ..
Kamu jangan cemburu dong, aku bilang kalo Ray itu pacarku karna aku ngga mau Dinar curiga sama kita. Aku ngga mau dia tau tentang hubungan kita dibelakang dia.
Bak disambar petir di siang bolong melompong, Dinar menangis sambil membaca terus message Dilla dan Dimas. Ia tak menyangka bahwa dua orang yang sangat dipercayainya melakukan hal menyakitkan itu pada dirinya. Apalagi Dilla, ya tuhaan .. setiap hari Dinar curhat pada Dilla bahwa dia sangat mencintai Dimas, bahkan dia yang meyakinkan Dinar agar sabar dan terus bertahan apabila ada masalah pada hubungan mereka. Tapi, kenapa sekarang seperti ini tuhan, dalam hati Dinar meraung akan yang terjadi pada hidupnya.
Setelah Dinar membaca semuanya, semua message dari Dilla. Seketika ia langsung pilih sign out untuk menutup akun tersebut. Tak tanggung-tanggung ia menonaktifkan juga ponsel kecilnya, tanpa berpikir panjang untuk segalanya.
“Maafin aku Di.. aku bener-bener nyesel. Lagian aku ga lama sama Dilla, aku inget kamu aku ga mau kehilangan kamu. Makanya aku akhirin backstreetku sama Dilla .” Rengek Dimas menjelaskan.
“Terserah kamu, aku bilang semuanya udah berakhir. Aku dan kamu memang awal dari hubungan kita. Tapi kamu dan Dilla adalah alasan mengapa hubugan kita harus berakhir. Puas kalian hehhmm .. puass buat aku kaya orang bego didepan kalian berdua ??” bentak Dinar dengan air mata yang terus dan terus jatuh dari pelupuk matanya.
“Engga Di.. pliss jangan ngomong gitu .. aku sayang sama kamu. Aku bener-bener nyesel .”
Tak ada suara dari Dinar, ia tak kuasa membendung air matanya. Sungguh begitu perih hatinya kala itu, mendengar semua pengakuan Dimas. Namun bukan hanya itu, yang lebih menyayat hatinya adalah hingga saat ini pun, seminggu berlalu Dilla tetap tidak mau mengaku tentang hubungan gelapnya itu. Dinar serasa hanya patung untuk sahabatnya itu, tak dianggap, tak dihargai dan tak ada artinya sama sekali.
**********
Tak terasa pagi telah datang. Hal yang sangat tak diharapkan Dinar saat ini. Untuk kesekian kalinya ia harus bertemu dengan sahabat yang sudah mengkhianatinya itu. Entah harus bagaimana lagi ia bersikap didepan Dilla.
“Diiiiiii... ayo bangun sayang. Udah pagi, nanti kamu telat lagi sekolahnya”. Teriak ibunya dari bawah.
“Iya bu.. ini udah bangun kok, tinggal nyiapin buku terus berangkat”. Jawab Dinar dari kamarnya.
Saat Dinar hendak keluar kamar, sontak ia teringat sesuatu.
“Begoo.. hari ini kan olah raga. Ngapain pake seragam .” Gerutunya sambil memukul-mukul kecil kepalanya.
Seusai rapi, Dinar langsung turun kebawah untuk menikmati sarapan paginya lalu berangkat bersama ayahnya.
Selama diperjalanan Dinar merasa kosong, tak seperti hari-hari sebelumnya saat dia belum mengalami masalah ini. Ia tak tahu harus bagaimana untuk bersikap, didepan Dilla, didepan sahabat-sahabatnya yang lain, didepan semuanya yang mengetahui masalahnya.
Lima belas menit pun berlalu, sampailah ia didepan gerbang sekolahnya. Ia mencium punggung tangan ayahnya, berharap semua akan baik-baik saja.
**********
Merenung merenung dan merenung ….
Menyesali semua yang telah terjadi. Ya itulah yang dirasakan Dimas, ia benar benar menyesal akan apa yang telah terjadi. Ia sadar bahwa semua yang terjadi pada dirinya, Dinar dan Dilla adalah kesalahan terbodoh baginya. Kesalahan terbodoh yang membuat hubungannya hancur dan rasa kepercayaan Dinar pun musnah. Ia sangat tahu watak Dinar, sangat keras kepala dan selalu berpegang teguh pada pendiriannya. Dinar paling benci dibohongi, karna ia merasa seseorang yang berbohong adalah orang yang pengecut, karna sekalinya ia berbohong ia akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Namun itu yang membuat Dimas begitu mencintainya, karna semasa mereka berteman, dekat hingga menjalin hubungan. Sekalipun Dinar tak pernah membohongi dirinya, bahkan Dinar yang selalu mengalah untuknya, Untuk kebahagiaanya. Namun apa yang telah ia lakukan, ia tega mengkhianati gadis itu.
Tak sadar Dimas meneteskan air matanya. Untuk pertama kali ia menangisi seorang gadis. Gadis  yang baru ia sadari, bahwa ia sangat mencintainya. Entah cara apalagi yang harus ia lakukan untuk menggapai lagi cintanya. Jangankan untuk menggapai cintanya, untuk mendapatkan kepercayaan Dinar kembali pun sangatlah sulit.
Ia melihat langit diluar jendela kamarnya, berharap akan ada bintang jatuh yang akan mengabulkan permintaannya. Namun, semalaman ia menunggu tak ada satupun bintang yang jatuh dihadapannya. Mungkin bukan hanya Dinar yang marah padanya, namun seisi alam mungkin memarahinya karna kekhilafannya itu.
“ Kalau bisa aku mengulang waktu, aku ngga akan ngelakuin hal bodoh itu bhi.. aku sayang banget sama kamu.” Tak terasa air matanya semakin deras mengalir di pelupuk matanya.
Semalaman ia meratapi kebodohannya, ia tak perduli bahwa esok ia harus bangun pagi untuk menjalani masa magangnya di suatu perusahaan bus di Surabaya. Dimas kelas II SMK, lebih tua 1 tahun dengan Dinar yang masih duduk dikelas I. Dan saat ini dia harus menjalani tugas akhir semesternya dengan magang disuatu perusahaan. Pihak perusahaan telah berkali kali mengingatkan Dimas, bahwa ia harus focus pada pekerjaanya. Dan dia harus bisa membagi antara pekerjaan dan masalah pribadinya. Namun semua itu tak digubris sama sekali oleh laki-laki berbadan jakung itu. Sungguh pikirannya hanya tertuju pada Dinar, hanya pada Dinar wanita yang sudah ia remukkan hatinya. Bahkan mama Dimas pun sempat bingung dengan perubahan anak laki-lakinya itu. Ia khawatir perubahan anaknya itu akan berdampak buruk pada proses magangnya.
Pagi pun datang. Sang Surya dengan malu-malu mulai menampakkan keindahannya. Dimas pun sudah bersiap untuk pergi ke tempat magangnya. Namun sesampainya disana, kekhawatiran itu pun terjadi. Dimas lagi-lagi melamun saat memperbaiki salah satu bus yang rusak. Dan akibatnya pemilik bus marah-marah karna kinerja Dimas yang tidak professional. Fajar, teman dekatnya pun begitu bingung atas perubahan teman sebangsanya itu. Ia baru kali ini melihat temannya itu begitu terpuruk karna seorang gadis.
“ Kenapa sih loe Dim, ga biasanya loe kaya gini .” Fajar memberanikan diri untuk bertanya.
“ Gue juga ga tau Jar.. pikiran gue kosong, ga tau lahh .” jawab Dimas dengan menutup mukanya dengan kedua tangannya.
“ Mending loe balik deh Dim, kalo besok loe masih kaya gini mending loe ga usah masuk daripada disini Cuma bikin bos marah-marah mulu. Gue tahu loe ada masalah sama cewek loe, tapi loe juga harus inget. Disini kita satu kelompok, Kalo loe salah yang dimarahin bukan Cuma loe tapi kita semua. Loe ngerti kan ??” jelas Dimas pada karibnya itu.
“ Sorry  Jar.. tapi sumpah pikiran gue kalut banget sekarang, tapi gue janji mulai sekarang gue bakal professional ama tugas gue. Thanks yaa .. !!” jawab Dimas.
Dimas pun meninggalkan Fajar yang masih duduk diatas kursinya. Fajar masih tercengang oleh sikap Dimas yang berubah tak seperti biasanya, ia merasa bahwa untuk kali ini Dimas memang benar-benar mencintai gadis pujaannya itu.
Tanpa sepengetahuan Dimas, Fajar mengambil handphone temannya itu. Sempat terpikir olehnya, mengapa tak dibantunya teman sebangsa sedunianya itu. Akhirnya ia mengambil handphone Dimas dan menulis sebuah SMS untuk Dinar. Ia mencari nama Dinar didalam kontak  telepon Dimas. Tak lama ia gulir kebawah keatas kontak Dimas akhirnya, ia menemukan nama Princess ku di kontaknya. Tanpa pikir panjang ia langsung menulis SMS untuk Dinar, gadis pujaan sahabatnya itu.
Ehh sorry, loe pacarnya Dimas yaa ?? gue bukannya ikut campur ama masalah kalian berdua, tapi gue Cuma mau bilang tolong loe selesaiin masalah loe ma Dimas. Sekarang dia lagi kacau banget. Semua yang dia lakuin ga ada yang bener, diotaknya Cuma ada loe. Jadi gue mohon banget ama loe selesaiin semuanya, pliss tolongin gue.
Setelah sent message ditekan, tak lupa ia langsung menghapus semua laporan pengiriman dalam ponsel Dimas. Semua itu dilakukannya agar Dimas tidak marah dan mengetahui apa yang telah dilakukannya.
**********
Kkriing kriinngg kriiinnng …
Bel tanda istirahat pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing untuk mengisi perut mereka yang kosong atau hanya sekedar berbincang bincang kecil dengan teman-teman sebayanya. Namun semua itu tak ada yang menarik lagi bagi Dinar. Ingin berbincang-bincang, namun apa yang harus dibicarakan. Ingin makan atau sekedar jajan, namun tak ada gairah sedikitpun untuknya. Ia masih memikirkan SMS dari ponsel Dimas tadi, apa benar Dimas begitu menyesal ?? apa salah aku, tak mempercayainya ?? Terus dan terus terngiang dibenaknya semua yang telah ia alami beberapa hari ini. Hingga teman dekatnya pun tak kuat melihat Dinar yang selalu tak pernah habis tersenyum malah menjadi gadis yang murung dan tak bergairah.
“ Aciil sayang, galau mulu euyy” Erma memulai pembincaraan sambil menepuk pelan punggung Dinar
“ Heuumm.. kamu Er ” jawab Dinar sekenanya
“ Kenapa sihh ciil .. mau sampai kapan loe kaya gini. Loe mati-matian mikiran dia, apa dia mikirin loe hehmm ??” Ayu pun ikut berbicara
“ Susah guys, susah banget .. !!” jawab Dinar, hingga lagi-lagi meneteskan air mata
“ Udah-udah gak usah di bahas sekarang, mending sekarang kamu makan dulu. Ini udah aku beliin baksonya pak Salim, cepet makan” Pita pun menengahi pembicaraan mereka bertiga
“ Aku ga laper .. entar kalo laper juga aku makan kok”
“ Mau makan sekarang apa ngga sama sekali ?? loe ga makan, ga akan nyelesain masalah loe, malah bakalan sakit entar” Susan langsung menyodorkan bakso didepan Dinar
Erma, Ayu, Pita, Susan, Nisa dan terakhir Ati adalah sahabat Dinar. Mereka tahu apa yang sedang dirasakan Dinar saat ini. Bahkan, Nisa yang saat itu sudah mencium gelagat mencurigakan dari Dilla dan Dimas, sempat mengutarakan kecurigaannya pada Dinar. Namun begitu besar kepercayaan Dinar kepada Dimas dan Dilla, hingga Dinar pun tak mendengarkan peringatan dari sahabatnya yang lain. Padahal sahabat-sahabatnya berkali-kali memperingatkan, namun sedikitpun tak ia hiraukan. Kini begitu besar rasa bersalah dan malu Dinar pada mereka, ia salah menilai seseorang. Orang yang selama ini ia anggap saudara sendiri, yang begitu dipercayainya malah mengkhianatinya hingga seperti ini. Sedangkan, sahabat-sahabatnya yang telah ia acuhkan malah selalu mendampinginya dalam keadaan apapun.
“ Ehh Er, loe udah ngerjain tugasnya Bu Sri belon ??” Seketika Susan memulai lagi percakapan
“ Lohh iya ya, ada tugas dari dia. Hadoh mana lusa dikumpulin lagi. Gimana dong ??” Jawab Erma sambil memain-mainkan sedotan minumnya.
“ Ckckck.. kebiasaan deh kalian ini, mepet mulu kalo mau ngerjain tugas.” Jawab Dinar sambil menyunggingkan bibirnya pada kedua sohibnya itu.
“ Hehehehh Aciill kamu kan cantik, terus baik lagi, ba …. .”
“ Iya iyaahh aku bantuin. Tapi bayar sendiri ya warnetnya .”  Tangkis Dinar sebelum kedua temannya itu meneyelesaikan kata-katanya
“ Ehh aku juga, aku kan baru di Surabaya jadi aku belum terlalu hafal sama Surabaya, aku ga tahu tempat-tempat disini.” Ati yang sedari tadi duduk diam pun akhirnya ikut berbicara.
“ iya iyahh.. teserah kalian dehh. Tapi entar kerumah dulu naruh tas ama ganti baju.”
“ oke daaaaaaaaahhh.. pokoknya tugas gue selesai. Lagian biar loe ada temennya, ga mikirin Dimaaaaaaaaas mulu.” Gerutu Susan sambil melirik sahabatnya itu.
Dinar sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka semua. Walaupun, kadang mereka sering bertengkar kecil namun tak bisa memisahkan pertemanan mereka.
**********
“ Assalamualaikum … ”
“ Wa’alaikum salam … ehh kok rame-rame pulangnya ??” Tanya ibu Dinar saat Ia membuka pintu.
“ Iyahh .. ini anak-anak mau ngerjain tugas bareng.” Jelas Dinar.
“ Ya sudah cepat ganti baju, terus makan siang dulu ajak teman-temanmu.”
“ Ehh .. ngga usah tante, ngerepotin nanti.” Kata Susan.
“ Iyahh tante ngga usah ... malah banyak ngerepotin entar .” Ati pun menambahkan.
“ Sudah .. makan saja dulu. Tante masak banyak kok, lagian Dinar ini makannya sedikit sekali. Siapa tahu kalau makan bareng kalian, nafsu makannya jadi bertambah.” Jawab Ibu Dinar dengan senyum khas yang bertengger di bibirnya.
Dinar pun bergegas ganti baju di kamarnya yang dilantai atas, lalu turun untuk menemuai teman-temannya. Seusai itu mereka berempat pun makan bersama di ruang tamu, sambil bergurau-gurau kecil.
“ warnet dari sini jauh ga sihh cill ??” tiba-tiba Susan memulai percakapan
“ engga kok .. Cuma tadi di gang depan kita tinggal masuk aja.” Jelas Dinar
“ yaudah ayo cepetan kalo makan, keburu sore entar. Kalo kesorean pulang pake apa gue ??”
Mereka pun menyelesaikan makanannya dan bergegas pergi.
Lima menit mereka berjalan dari rumah Dinar menuju warnet. Mereka pun langsung berebut memilih tempat untuk mereka. Namun, saat mereka sedang asyik dengan kesibukannya. Tiba-tiba Hp Dinar berdering, lagi-lagi Dimas yang menelpon. Sekuat tenaga Dinar menahan untuk tidak menerimanya, namun apa daya begitu besar rasa ingin tahunya. Apa yang dikatakan Fajar benar ?? bahwa dia masih sering memikirkannya setelah semua yang terjadi ??
Dinar pun langsung keluar dan menjauhkan diri dari teman-temannya. Karena ia tahu bahwa teman-temannya ga akan setuju ia berhubungan lagi dengan Dimas, walau hanya mendengar suaranya pun.
“ Hallo .. kenapa ?? Dinar memulai pembicaraan
“ Aku kangen sama kamu, akhirnya aku denger suara kamu lagi “. Jawab laki-laki disebrang sana terlihat senang
“ Mau kamu apa lagi sihh .. hehmm ??”
“ Aku Cuma mau denger suara kamu doang kok .” jawab Dimas sendu
“ Udahlah .. kita udah selesai, pliss jangan ganggu aku lagi. Aku mau tenang Dim .. pliss tolongin aku .” jawab Dinar dengan air mata dipipinya.
“ Apa udah ngga ada kesempatan kedua buat aku ?? Sekali aja kasih aku kesempatan lagi .” pinta Dimas
“ Kamu tahu kalau aku ngga suka dibohongin, dan kamu lakuin itu sekarang, terus kamu masih bisa minta ke aku kesempatan kedua ??” Jawab Dinar dengan nada tingginya.
“ Aku khilaf waktu itu.. tolong kasih aku sekali lagi kesempatan. Aku akan perbaiki semuanya sayang .. pliiss .” Dimas pun tak lelah terus meminta pada Dinar
“ Maaf Dim.. tapi hati aku udah terlanjur sakit, dan kepercayaan aku udah ga ada buat kamu .. jadi aku mohon tolong jauhin aku dan jangan hubungin aku lagi.. Assalamualaikum .” Dinar langsung menutup telponnya dan kembali berkumpul besama teman-temannya.
Entah benar atau salah yang telah ia lakukan. Namun untuk saat ini yang ia tahu, ia benar-benar ingin jauh dari bayang-bayang Dimas. Walaupun ia sendiri tak yakin bisa hidup tanpa Dimas disampingnya. Tapi biarlah, biar waktu yang akan menjawab semua. Semua tentang dirinya dan cintanya.


1 comment: