Cinta
itu pilihan …
Yaa
mungkin itu yang dirasakan Dinar, dia hidup di dalam keluarga yang sederhana.
Namun, sedikitpun ia tak pernah meratapi kesederhanaannya itu. Kalaupun ada, ia
selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa diluar sana bahkan ada yang jauh dari
kata sederhana dari dia.
Senja
berganti menjadi malam, sang surya pun
perlahan mulai meninggalkan langit dan berganti dengan sinar bulan yang begitu
indah. Dikelilingi oleh jutaan bintang yang siap memancarkan sinar indahnya
untuk dunia. Dunia yang satu orang pun tak takkan tahu kapan akan musnah.
Dinar
tetap menatap langit kosong, berharap akan ada bintang yang jatuh untuk
menemaninya berbagi gelisah dalam hati. Dilema.. ya mungkin kiasan itu yang
lebih tepat mengisyaratkan isi hatinya. Namun, disaat ia telah terlena oleh
indahnya jutaan bintang. Saat ia sedang mengagumi bulan yang begitu beruntung
karna selalu dikelilingi sinar bintang, ponsel kecil bergambar babi bluenya pun
berdering. Dengan sedikit ragu ia menekan tombol hijau untuk menjawabnya.
“
Hallo.. .” Sapa Dinar pada orang disebrang sana, namun tak ada jawaban.
Heniing…
“
Hallo.. niat telepon ga sihh, apa Cuma mau miscall ??” Gertak Dinar kesal karna
merasa diacuhkan.
“
Kamu masih marah Di .. ??” jawab orang disebrang sana, akhirnya ia pun berani
membuka mulutnya
“
Mau ngomong apa ?? to the point aja, aku males basa-basi .”
“
Sampe kapan sih kamu mau marah sama aku, aku bener-bener minta maaf Di ..”
Tanyanya dengan suara yang sedikit bergeming, mungkin dia menangis atau mungin
dia lagi flu. I don’t care.
“
Yaudahlah Dim.. aku udah bebasin kamu, aku ga akan ngatur - ngatur kamu lagi.
Terserah kamu mau ngapain, mau kamu pacaran ama cewek lain, atau sama sahabat deket aku pun itu terserah sama
kamu. TERSERAH KAMU…” Dinar pun
menegaskan kata katanya, namun tanpa ia sadari hal itu malah menyakiti dirinya
sendiri. Air mata pun jatuh dari pelupuk mata bulatnya. Seakan ia benar-benar
tak mampu membuka ruang untuk Dimas, walau hanya sedikit sekalipun.
Dimas…yaa
lelaki berkulit sawo matang berhidung mancung inilah yang membuat wanita ceria
seperti Dinar patah hati. Seminggu yang lalu, Dinar tanpa sengaja membaca inbox
di akun jejaring sosial Dimas, yang berisikan bahwa selama ini ia telah backstreet dari Dinar dengan menjalin
hubungan bersama Dilla yang tak lain sahabat dekatnya. Di inbox itu menegaskan
bahwa mereka mengatur semuanya serapi mungkin agar Dinar tak mengetahui
hubungan mereka. Namun sayang, Tuhan terlalu baik dan sayang kepada Dinar,
hingga tanpa sadar Dinar yang saat itu hanya ingin memperbaiki akun Dimas yang
rusak, tertarik untuk membaca inbox kekasihnya itu. Entahh apa yang saat itu
yang dia rasakan, seakan ada suatu dorongan kuat untuk membuka inbox yang nota bene sangat privasi bagi seseorang.
Satu, dua, tiga menit Dinar membacanya tidak ada hal yang sangat berarti,
bahkan dia sempat tertawa kecil sendiri membacanya. Namun makin jauh ia membaca,
ia menemukan hal yang ganjil dari message
Dilla pada kekasihnya itu, ia buka satu persatu message, ia terus menekan see
older message hingga akhirnya sampai pada awal pembicaraan mereka. Awalnya
Dinar benar-benar tak percaya dengan apa yang dikatakan Dilla. Disitu tertulis
..
Kamu
jangan cemburu dong, aku bilang kalo Ray itu pacarku karna aku ngga mau Dinar
curiga sama kita. Aku ngga mau dia tau tentang hubungan kita dibelakang dia.
Bak
disambar petir di siang bolong melompong, Dinar menangis sambil membaca terus message Dilla dan Dimas. Ia tak
menyangka bahwa dua orang yang sangat dipercayainya melakukan hal menyakitkan
itu pada dirinya. Apalagi Dilla, ya tuhaan .. setiap hari Dinar curhat pada
Dilla bahwa dia sangat mencintai Dimas, bahkan dia yang meyakinkan Dinar agar
sabar dan terus bertahan apabila ada masalah pada hubungan mereka. Tapi, kenapa
sekarang seperti ini tuhan, dalam hati Dinar meraung akan yang terjadi pada
hidupnya.
Setelah
Dinar membaca semuanya, semua message
dari Dilla. Seketika ia langsung pilih sign
out untuk menutup akun tersebut. Tak tanggung-tanggung ia menonaktifkan
juga ponsel kecilnya, tanpa berpikir panjang untuk segalanya.
“Maafin
aku Di.. aku bener-bener nyesel. Lagian aku ga lama sama Dilla, aku inget kamu
aku ga mau kehilangan kamu. Makanya aku akhirin backstreetku sama Dilla .” Rengek Dimas menjelaskan.
“Terserah
kamu, aku bilang semuanya udah berakhir. Aku dan kamu memang awal dari hubungan
kita. Tapi kamu dan Dilla adalah alasan mengapa hubugan kita harus berakhir.
Puas kalian hehhmm .. puass buat aku kaya orang bego didepan kalian berdua ??”
bentak Dinar dengan air mata yang terus dan terus jatuh dari pelupuk matanya.
“Engga
Di.. pliss jangan ngomong gitu .. aku sayang sama kamu. Aku bener-bener nyesel
.”
Tak
ada suara dari Dinar, ia tak kuasa membendung air matanya. Sungguh begitu perih
hatinya kala itu, mendengar semua pengakuan Dimas. Namun bukan hanya itu, yang
lebih menyayat hatinya adalah hingga saat ini pun, seminggu berlalu Dilla tetap
tidak mau mengaku tentang hubungan gelapnya itu. Dinar serasa hanya patung
untuk sahabatnya itu, tak dianggap, tak dihargai dan tak ada artinya sama
sekali.
**********
Tak
terasa pagi telah datang. Hal yang sangat tak diharapkan Dinar saat ini. Untuk
kesekian kalinya ia harus bertemu dengan sahabat yang sudah mengkhianatinya
itu. Entah harus bagaimana lagi ia bersikap didepan Dilla.
“Diiiiiii...
ayo bangun sayang. Udah pagi, nanti kamu telat lagi sekolahnya”. Teriak ibunya
dari bawah.
“Iya
bu.. ini udah bangun kok, tinggal nyiapin buku terus berangkat”. Jawab Dinar
dari kamarnya.
Saat
Dinar hendak keluar kamar, sontak ia teringat sesuatu.
“Begoo..
hari ini kan olah raga. Ngapain pake seragam .” Gerutunya sambil memukul-mukul
kecil kepalanya.
Seusai
rapi, Dinar langsung turun kebawah untuk menikmati sarapan paginya lalu
berangkat bersama ayahnya.
Selama
diperjalanan Dinar merasa kosong, tak seperti hari-hari sebelumnya saat dia
belum mengalami masalah ini. Ia tak tahu harus bagaimana untuk bersikap,
didepan Dilla, didepan sahabat-sahabatnya yang lain, didepan semuanya yang
mengetahui masalahnya.
Lima
belas menit pun berlalu, sampailah ia didepan gerbang sekolahnya. Ia mencium
punggung tangan ayahnya, berharap semua akan baik-baik saja.
**********
Merenung
merenung dan merenung ….
Menyesali
semua yang telah terjadi. Ya itulah yang dirasakan Dimas, ia benar benar
menyesal akan apa yang telah terjadi. Ia sadar bahwa semua yang terjadi pada
dirinya, Dinar dan Dilla adalah kesalahan terbodoh baginya. Kesalahan terbodoh
yang membuat hubungannya hancur dan rasa kepercayaan Dinar pun musnah. Ia
sangat tahu watak Dinar, sangat keras kepala dan selalu berpegang teguh pada
pendiriannya. Dinar paling benci dibohongi, karna ia merasa seseorang yang
berbohong adalah orang yang pengecut, karna sekalinya ia berbohong ia akan
terus berbohong untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Namun itu yang membuat
Dimas begitu mencintainya, karna semasa mereka berteman, dekat hingga menjalin
hubungan. Sekalipun Dinar tak pernah membohongi dirinya, bahkan Dinar yang
selalu mengalah untuknya, Untuk kebahagiaanya. Namun apa yang telah ia lakukan,
ia tega mengkhianati gadis itu.
Tak
sadar Dimas meneteskan air matanya. Untuk pertama kali ia menangisi seorang
gadis. Gadis yang baru ia sadari, bahwa ia
sangat mencintainya. Entah cara apalagi yang harus ia lakukan untuk menggapai
lagi cintanya. Jangankan untuk menggapai cintanya, untuk mendapatkan
kepercayaan Dinar kembali pun sangatlah sulit.
Ia
melihat langit diluar jendela kamarnya, berharap akan ada bintang jatuh yang
akan mengabulkan permintaannya. Namun, semalaman ia menunggu tak ada satupun
bintang yang jatuh dihadapannya. Mungkin bukan hanya Dinar yang marah padanya,
namun seisi alam mungkin memarahinya karna kekhilafannya itu.
“
Kalau bisa aku mengulang waktu, aku ngga akan ngelakuin hal bodoh itu bhi.. aku
sayang banget sama kamu.” Tak terasa air matanya semakin deras mengalir di
pelupuk matanya.
Semalaman
ia meratapi kebodohannya, ia tak perduli bahwa esok ia harus bangun pagi untuk
menjalani masa magangnya di suatu perusahaan bus di Surabaya. Dimas kelas II
SMK, lebih tua 1 tahun dengan Dinar yang masih duduk dikelas I. Dan saat ini
dia harus menjalani tugas akhir semesternya dengan magang disuatu perusahaan.
Pihak perusahaan telah berkali kali mengingatkan Dimas, bahwa ia harus focus
pada pekerjaanya. Dan dia harus bisa membagi antara pekerjaan dan masalah
pribadinya. Namun semua itu tak digubris sama sekali oleh laki-laki berbadan
jakung itu. Sungguh pikirannya hanya tertuju pada Dinar, hanya pada Dinar
wanita yang sudah ia remukkan hatinya. Bahkan mama Dimas pun sempat bingung
dengan perubahan anak laki-lakinya itu. Ia khawatir perubahan anaknya itu akan
berdampak buruk pada proses magangnya.
Pagi
pun datang. Sang Surya dengan malu-malu mulai menampakkan keindahannya. Dimas pun
sudah bersiap untuk pergi ke tempat magangnya. Namun sesampainya disana, kekhawatiran
itu pun terjadi. Dimas lagi-lagi melamun saat memperbaiki salah satu bus yang
rusak. Dan akibatnya pemilik bus marah-marah karna kinerja Dimas yang tidak
professional. Fajar, teman dekatnya pun begitu bingung atas perubahan teman
sebangsanya itu. Ia baru kali ini melihat temannya itu begitu terpuruk karna
seorang gadis.
“
Kenapa sih loe Dim, ga biasanya loe kaya gini .” Fajar memberanikan diri untuk
bertanya.
“
Gue juga ga tau Jar.. pikiran gue kosong, ga tau lahh .” jawab Dimas dengan
menutup mukanya dengan kedua tangannya.
“
Mending loe balik deh Dim, kalo besok loe masih kaya gini mending loe ga usah
masuk daripada disini Cuma bikin bos marah-marah mulu. Gue tahu loe ada masalah
sama cewek loe, tapi loe juga harus inget. Disini kita satu kelompok, Kalo loe
salah yang dimarahin bukan Cuma loe tapi kita semua. Loe ngerti kan ??” jelas
Dimas pada karibnya itu.
“
Sorry Jar.. tapi sumpah pikiran gue
kalut banget sekarang, tapi gue janji mulai sekarang gue bakal professional ama
tugas gue. Thanks yaa .. !!” jawab Dimas.
Dimas
pun meninggalkan Fajar yang masih duduk diatas kursinya. Fajar masih tercengang
oleh sikap Dimas yang berubah tak seperti biasanya, ia merasa bahwa untuk kali
ini Dimas memang benar-benar mencintai gadis pujaannya itu.
Tanpa
sepengetahuan Dimas, Fajar mengambil handphone temannya itu. Sempat terpikir
olehnya, mengapa tak dibantunya teman sebangsa sedunianya itu. Akhirnya ia
mengambil handphone Dimas dan menulis sebuah SMS untuk Dinar. Ia mencari nama
Dinar didalam kontak telepon Dimas. Tak
lama ia gulir kebawah keatas kontak Dimas akhirnya, ia menemukan nama Princess ku di kontaknya. Tanpa pikir
panjang ia langsung menulis SMS untuk Dinar, gadis pujaan sahabatnya itu.
Ehh
sorry, loe pacarnya Dimas yaa ?? gue bukannya ikut campur ama masalah kalian
berdua, tapi gue Cuma mau bilang tolong loe selesaiin masalah loe ma Dimas.
Sekarang dia lagi kacau banget. Semua yang dia lakuin ga ada yang bener,
diotaknya Cuma ada loe. Jadi gue mohon banget ama loe selesaiin semuanya, pliss
tolongin gue.
Setelah
sent message ditekan, tak lupa ia
langsung menghapus semua laporan pengiriman dalam ponsel Dimas. Semua itu
dilakukannya agar Dimas tidak marah dan mengetahui apa yang telah dilakukannya.
**********
Kkriing
kriinngg kriiinnng …
Bel
tanda istirahat pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari kelas
masing-masing untuk mengisi perut mereka yang kosong atau hanya sekedar
berbincang bincang kecil dengan teman-teman sebayanya. Namun semua itu tak ada
yang menarik lagi bagi Dinar. Ingin berbincang-bincang, namun apa yang harus
dibicarakan. Ingin makan atau sekedar jajan, namun tak ada gairah sedikitpun
untuknya. Ia masih memikirkan SMS dari ponsel Dimas tadi, apa benar Dimas
begitu menyesal ?? apa salah aku, tak mempercayainya ?? Terus dan terus
terngiang dibenaknya semua yang telah ia alami beberapa hari ini. Hingga teman
dekatnya pun tak kuat melihat Dinar yang selalu tak pernah habis tersenyum
malah menjadi gadis yang murung dan tak bergairah.
“
Aciil sayang, galau mulu euyy” Erma memulai pembincaraan sambil menepuk pelan
punggung Dinar
“
Heuumm.. kamu Er ” jawab Dinar sekenanya
“
Kenapa sihh ciil .. mau sampai kapan loe kaya gini. Loe mati-matian mikiran
dia, apa dia mikirin loe hehmm ??” Ayu pun ikut berbicara
“
Susah guys, susah banget .. !!” jawab Dinar, hingga lagi-lagi meneteskan air
mata
“
Udah-udah gak usah di bahas sekarang, mending sekarang kamu makan dulu. Ini
udah aku beliin baksonya pak Salim, cepet makan” Pita pun menengahi pembicaraan
mereka bertiga
“
Aku ga laper .. entar kalo laper juga aku makan kok”
“
Mau makan sekarang apa ngga sama sekali ?? loe ga makan, ga akan nyelesain
masalah loe, malah bakalan sakit entar” Susan langsung menyodorkan bakso
didepan Dinar
Erma,
Ayu, Pita, Susan, Nisa dan terakhir Ati adalah sahabat Dinar. Mereka tahu apa
yang sedang dirasakan Dinar saat ini. Bahkan, Nisa yang saat itu sudah mencium
gelagat mencurigakan dari Dilla dan Dimas, sempat mengutarakan kecurigaannya
pada Dinar. Namun begitu besar kepercayaan Dinar kepada Dimas dan Dilla, hingga
Dinar pun tak mendengarkan peringatan dari sahabatnya yang lain. Padahal
sahabat-sahabatnya berkali-kali memperingatkan, namun sedikitpun tak ia
hiraukan. Kini begitu besar rasa bersalah dan malu Dinar pada mereka, ia salah
menilai seseorang. Orang yang selama ini ia anggap saudara sendiri, yang begitu
dipercayainya malah mengkhianatinya hingga seperti ini. Sedangkan,
sahabat-sahabatnya yang telah ia acuhkan malah selalu mendampinginya dalam
keadaan apapun.
“
Ehh Er, loe udah ngerjain tugasnya Bu Sri belon ??” Seketika Susan memulai lagi
percakapan
“
Lohh iya ya, ada tugas dari dia. Hadoh mana lusa dikumpulin lagi. Gimana dong
??” Jawab Erma sambil memain-mainkan sedotan minumnya.
“
Ckckck.. kebiasaan deh kalian ini, mepet mulu kalo mau ngerjain tugas.” Jawab
Dinar sambil menyunggingkan bibirnya pada kedua sohibnya itu.
“
Hehehehh Aciill kamu kan cantik, terus baik lagi, ba …. .”
“
Iya iyaahh aku bantuin. Tapi bayar sendiri ya warnetnya .” Tangkis Dinar
sebelum kedua temannya itu meneyelesaikan kata-katanya
“
Ehh aku juga, aku kan baru di Surabaya jadi aku belum terlalu hafal sama
Surabaya, aku ga tahu tempat-tempat disini.” Ati yang sedari tadi duduk diam
pun akhirnya ikut berbicara.
“
iya iyahh.. teserah kalian dehh. Tapi entar kerumah dulu naruh tas ama ganti
baju.”
“
oke daaaaaaaaahhh.. pokoknya tugas gue selesai. Lagian biar loe ada temennya,
ga mikirin Dimaaaaaaaaas mulu.” Gerutu Susan sambil melirik sahabatnya itu.
Dinar
sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka semua. Walaupun, kadang mereka
sering bertengkar kecil namun tak bisa memisahkan pertemanan mereka.
**********
“
Assalamualaikum … ”
“
Wa’alaikum salam … ehh kok rame-rame pulangnya ??” Tanya ibu Dinar saat Ia
membuka pintu.
“
Iyahh .. ini anak-anak mau ngerjain tugas bareng.” Jelas Dinar.
“
Ya sudah cepat ganti baju, terus makan siang dulu ajak teman-temanmu.”
“
Ehh .. ngga usah tante, ngerepotin nanti.” Kata Susan.
“
Iyahh tante ngga usah ... malah banyak ngerepotin entar .” Ati pun menambahkan.
“
Sudah .. makan saja dulu. Tante masak banyak kok, lagian Dinar ini makannya
sedikit sekali. Siapa tahu kalau makan bareng kalian, nafsu makannya jadi
bertambah.” Jawab Ibu Dinar dengan senyum khas yang bertengger di bibirnya.
Dinar
pun bergegas ganti baju di kamarnya yang dilantai atas, lalu turun untuk
menemuai teman-temannya. Seusai itu mereka berempat pun makan bersama di ruang tamu,
sambil bergurau-gurau kecil.
“
warnet dari sini jauh ga sihh cill ??” tiba-tiba Susan memulai percakapan
“
engga kok .. Cuma tadi di gang depan kita tinggal masuk aja.” Jelas Dinar
“
yaudah ayo cepetan kalo makan, keburu sore entar. Kalo kesorean pulang pake apa
gue ??”
Mereka
pun menyelesaikan makanannya dan bergegas pergi.
Lima
menit mereka berjalan dari rumah Dinar menuju warnet. Mereka pun langsung
berebut memilih tempat untuk mereka. Namun, saat mereka sedang asyik dengan
kesibukannya. Tiba-tiba Hp Dinar berdering, lagi-lagi Dimas yang menelpon.
Sekuat tenaga Dinar menahan untuk tidak menerimanya, namun apa daya begitu
besar rasa ingin tahunya. Apa yang dikatakan Fajar benar ?? bahwa dia masih
sering memikirkannya setelah semua yang terjadi ??
Dinar
pun langsung keluar dan menjauhkan diri dari teman-temannya. Karena ia tahu
bahwa teman-temannya ga akan setuju ia berhubungan lagi dengan Dimas, walau
hanya mendengar suaranya pun.
“
Hallo .. kenapa ?? Dinar memulai pembicaraan
“
Aku kangen sama kamu, akhirnya aku denger suara kamu lagi “. Jawab laki-laki
disebrang sana terlihat senang
“
Mau kamu apa lagi sihh .. hehmm ??”
“
Aku Cuma mau denger suara kamu doang kok .” jawab Dimas sendu
“
Udahlah .. kita udah selesai, pliss jangan ganggu aku lagi. Aku mau tenang Dim
.. pliss tolongin aku .” jawab Dinar dengan air mata dipipinya.
“
Apa udah ngga ada kesempatan kedua buat aku ?? Sekali aja kasih aku kesempatan
lagi .” pinta Dimas
“
Kamu tahu kalau aku ngga suka dibohongin, dan kamu lakuin itu sekarang, terus
kamu masih bisa minta ke aku kesempatan kedua ??” Jawab Dinar dengan nada
tingginya.
“
Aku khilaf waktu itu.. tolong kasih aku sekali lagi kesempatan. Aku akan
perbaiki semuanya sayang .. pliiss .” Dimas pun tak lelah terus meminta pada
Dinar
“
Maaf Dim.. tapi hati aku udah terlanjur sakit, dan kepercayaan aku udah ga ada
buat kamu .. jadi aku mohon tolong jauhin aku dan jangan hubungin aku lagi..
Assalamualaikum .” Dinar langsung menutup telponnya dan kembali berkumpul
besama teman-temannya.
Entah
benar atau salah yang telah ia lakukan. Namun untuk saat ini yang ia tahu, ia
benar-benar ingin jauh dari bayang-bayang Dimas. Walaupun ia sendiri tak yakin
bisa hidup tanpa Dimas disampingnya. Tapi biarlah, biar waktu yang akan
menjawab semua. Semua tentang dirinya dan cintanya.
Mnatap ijin sahre......
ReplyDelete